Gejala Korupsi.
Kata seperti diatas lah yang cocok untuk SMU Budhaya II Santo Agustinus, mungkin lebih tepat bila tidak ada kata gejala, hal itu dapat dikatakan karena sekolah Budhaya merupakan salah satu sekolah yang mempunyai bayaran tinggi (Rp.100.000,00 keatas tidak rata setiap siswa lain-lain) namun tidak berpendidikan dan berfasilitas, contohnya murid Budhaya II tidak ada yang mendapat peringkat nasional maupun daerah malah kualitas pendidikan dibawah rata-rata, sedangkan fasilitas Budhaya II tidak menunjang seperti papan tulis masih pakai kapur, kelas hanya pakai kipas angin butut, lantai hanya terbuat dari ubin bukan keramik, dan sebuah lab yang dipakai oleh SD,SMP,SMU berbarengan memalukan kadang-kadang harus berebutan seperti perpustakaan juga begitu, guru pun terbatas seperti halnya fisika<>kimia gurunya sama, biologi<>komputer gurunya sama, akutansi<>ekonomi gurunya sama, setiap guru mengajar di kelas 1,2,dan3, bangku kelas pun penuh coretan dan tidak terdapat lacinya.
Opini: Musatran & Carlo
Budhaya II ladang perjudian.
Setiap istirahat pasti ada yang melakukan perjudian di sekolah malah ada yang melakukannya saat jam pelajaran, padahal setiap minggu sudah tertangkap para pelakunya namun entah kenapa tetap saja terjadi perjudian apa munkin guru mendapat keuntungan dari hal itu, itu hanya guru yang tahu. Soalnya bila perjudian tertangkap guru dapat uang dari hal tersebut (alasannya sebagai barang bukti), dan juga para pelaku tidak dihukum berat paling hanya disuruh membeli kamus bahasa inggris yang harganya rata-rata Rp.50.000 (duit lagi), tentu saja sekolah untung tidak perlu keluar duit untuk membelinya (sekolah tidak pernah membeli kamus pun sudah tua). Jadi selalu muncul sang penjudi baru yang mungkin nanti akan mendirikan kasino di Indonesia.
Opini: Caroline
Guru sang petinju!..
Guru petinju begitulah sebutan guru olahraga Pak Gatot, Gatot dibilang begitu karena guru ini adalah guru yang ringan tangan, contohnya bila olahraga dan murid melakukan kesalahan langsung diberi pukulan berupa tamparan atau kepalan tangan. Hal ini bukan hanya dilakukan saat olahraga tetapi saat diluar jam pelajaran juga seperti yang dialami para murid Santo Agutinus. Aneh nih guru bekas preman kali.
Opini: Sayangrenat
|